Absurd tapi Seru: Kau Menatap Jas Mahalku, Tapi Yang Kau Cintai Hanyalah Lelaki Di Baliknya
Kau Menatap Jas Mahalku, Tapi Yang Kau Cintai Hanyalah Lelaki di Baliknya
Embun pagi merayap di kaca jendela apartemen mewah itu, serupa dengan keraguan yang perlahan membekukan hati Lin Wei. Di hadapannya, berdiri Jing Yi, mengenakan jas mahal yang membalut tubuhnya dengan sempurna. Jas itu, seperti halnya apartemen ini, seperti pula pernikahan mereka, adalah simbol dari kehidupan yang dibangun di atas pasir kebohongan.
"Kau terlihat cantik," bisik Jing Yi, suaranya bariton yang dulu selalu membuat Lin Wei berdesir kini terdengar hampa.
Lin Wei membalas tatapannya, sorot matanya bagai danau beku. Dulu, ia terpesona oleh lelaki ini. Kekayaannya, kekuasaannya, dan terutama, kehangatan yang ia pancarkan. Namun, kehangatan itu palsu. Topeng.
"Terima kasih," jawab Lin Wei datar. Ia tahu, Jing Yi tidak melihatnya. Ia hanya melihat pantulan dirinya sendiri di matanya. Seorang istri yang sempurna, penambah citra, bukan seorang perempuan dengan hati dan mimpi.
Selama lima tahun pernikahan mereka, Lin Wei hidup dalam sangkar emas. Ia memiliki segalanya, kecuali apa yang paling ia inginkan: kejujuran. Ia mulai mencurigai Jing Yi sejak lama. Bisik-bisik tentang pertemuan rahasia, panggilan telepon yang diputus tiba-tiba, dan tatapan kosong yang seringkali menghantui mata suaminya.
Kemudian, ia menemukan surat itu. Tersembunyi di balik brankas yang selalu terkunci. Surat cinta. Bukan untuknya.
"Sayang, setiap detik bersamamu adalah surga. Maafkan aku karena tidak bisa bersamamu secara terang-terangan. Tapi percayalah, suatu hari nanti, kita akan bersama."
Setiap kata dalam surat itu menghancurkan dinding terakhir pertahanan hatinya. Lelaki yang ia cintai ternyata mencintai orang lain.
Lin Wei memulai penyelidikannya. Perlahan, ia mengumpulkan bukti. Setiap keping informasi yang ia temukan semakin menyayat hatinya. Jing Yi berselingkuh dengan sekretarisnya, Xiao Mei. Dan yang lebih menyakitkan, mereka telah berselingkuh sejak sebelum mereka menikah.
Konflik semakin menekan. Lin Wei merasa seperti berada dalam labirin tanpa jalan keluar. Ia ingin berteriak, ingin marah, ingin menghancurkan semuanya. Tapi ia tahu, balas dendam terbaik adalah balas dendam yang dingin.
Suatu malam, di pesta ulang tahun Jing Yi, Lin Wei berdiri di sampingnya, tersenyum manis di depan ratusan tamu undangan.
"Sayang, aku punya pengumuman," kata Lin Wei, suaranya jernih dan menusuk, seperti pecahan kaca. Ia meraih mikrofon. "Malam ini, aku ingin memberikan hadiah spesial untuk suamiku tercinta, Jing Yi."
Layar besar di belakang mereka menyala. Menampilkan foto-foto Jing Yi dan Xiao Mei dalam berbagai pose intim. Ruangan itu hening. Jing Yi membeku, wajahnya pucat pasi.
Lin Wei melanjutkan, dengan suara yang sama tenang. "Semoga kalian bahagia."
Ia meletakkan mikrofon, menatap Jing Yi untuk terakhir kalinya, dan tersenyum. Senyum tenang, namun mengandung perpisahan abadi. Ia berbalik dan berjalan keluar dari ruangan itu, meninggalkan Jing Yi dan semua kebohongannya.
Di ambang pintu, ia berhenti sejenak dan berbisik, "Kau menatap jas mahalku, tapi yang kau cintai hanyalah lelaki di baliknya yang tidak pernah ada."
Di balik jas mahal itu, tersembunyi kekosongan abadi. Tapi apakah Lin Wei benar-benar telah menemukan kedamaian?
You Might Also Like: Agen Skincare Passive Income Kota Medan