Wajib Baca! Pelukan Yang Menyembunyikan Luka
DING! Notifikasi itu lagi. "Sedang mengetik…" tapi tak pernah terkirim. Seperti janji yang menggantung di antara bintang-bintang yang sekarat. Anya menghela napas, asap rokok elektriknya mengepul membentuk awan digital di kamar apartemennya yang minimalis. Tahun 2077, cinta terasa seperti algoritma yang gagal di-update.
Di dimensi lain, mungkin sebuah lorong waktu yang bengkok atau kenangan yang membeku dalam amber, Ren terbangun di tengah reruntuhan pabrik tekstil. Tahun 1927. Deru mesin dan aroma kapas kasar menusuk hidungnya. Di tangannya, sepucuk surat belum selesai. Nama yang tertera di sana, Anya, terasa familiar seperti melodi yang terlupakan.
Anya, si gadis cyberpunk dengan rambut magenta dan tato neon di pelipis, mencari Ren melalui sisa-sisa internet kuno yang bisa ia akses. Ia menemukan secuil foto buram, potret pria dengan tatapan teduh dan senyum yang... entah kenapa terasa seperti rumah. Setiap malam, ia berteriak ke mikrofon usang, berharap suaranya menembus kabut waktu. "REN! Di mana kamu?"
Ren, si pemuda dari era jazz dan mimpi-mimpi yang belum terkontaminasi teknologi, menjawab Anya melalui sisa-sisa mesin tik tua. Setiap huruf diketuk dengan harapan pesan itu akan sampai. Ia merasakan kehadiran Anya seperti angin sepoi-sepoi yang membisikkan rahasia di telinganya. Ia tahu, di suatu tempat, Anya menunggunya.
Mereka bertemu di antara celah-celah waktu. SESEKALI. Dalam mimpi yang terasa terlalu nyata, atau dalam pantulan cermin yang retak. Pelukan mereka, hangat dan familiar, menyembunyikan luka yang terlalu dalam untuk diucapkan. Luka karena terpisah oleh abadan.
Anya menceritakan tentang mobil terbang, makanan sintetis, dan kesepian digital. Ren bercerita tentang dansa semalam suntuk, harapan untuk masa depan, dan kesederhanaan hidup yang terenggut perang. Mereka berjanji untuk bertemu, NYATA, bukan hanya dalam fragmen memori yang menghantui.
Suatu malam, Anya menerima pesan. SELESAI. Bukan "sedang mengetik," tapi sebuah pesan utuh. "Anya, aku menemukan cara. Datanglah ke pabrik di reruntuhan itu. Bawa surat yang kubuat untukmu. Waktunya hampir habis."
Anya bergegas menuju reruntuhan pabrik. Anehnya, pabrik itu ada. DI TENGAH KOTA MEGA-METROPOLIS. Seperti sebuah kesalahan dalam matrix. Di tengah reruntuhan, ia melihat Ren. Lebih muda, lebih nyata dari yang ia bayangkan.
Ren tersenyum. "Anya..."
Saat mereka berpelukan, pabrik mulai bergetar. Dinding-dindingnya runtuh, memperlihatkan KEBENARAN yang mengerikan. Pabrik itu bukan hanya reruntuhan, tapi LABORATORIUM WAKTU. Ren dan Anya bukan hanya orang-orang yang berbeda zaman, tapi EKSPERIMEN yang gagal. Cinta mereka hanyalah ECHO dari kehidupan yang tak pernah selesai. Program simulasi yang dijalankan terus menerus dengan harapan menemukan solusi untuk memperbaiki timeline yang rusak.
Sebelum dunia padam di sekeliling mereka, Ren berbisik, "Ingat aku, Anya... selalu..."
You Might Also Like: 5 Rahasia Arti Mimpi Bertemu Kura Kura