Cerpen Keren: Langit Yang Mengulang Keajaiban
Aroma dupa cendana dan rintik hujan membasahi paviliun kuno. Li Wei, seorang pelukis muda dengan tatapan sayu, mengusap kanvasnya. Setiap goresan kuasnya seolah mencari jawaban dari mimpi-mimpi aneh yang menghantuinya. Mimpi tentang istana megah, intrik berdarah, dan pengkhianatan yang menusuk jantung.
Dulu, Li Wei hanya menganggap itu sebagai imajinasi liar. Namun, semakin hari, mimpi-mimpi itu terasa TERLALU nyata. Detailnya, emosinya, bahkan rasa sakitnya... semua terasa begitu mendalam. Ia mulai menggambar potret wajah-wajah asing, wajah yang sepertinya ia kenal dengan sangat baik. Salah satunya, wajah seorang wanita dengan senyum mematikan dan mata sedingin es.
Suatu sore, di tengah badai petir yang menggelegar, seorang pedagang barang antik tua datang membawa sebuah lukisan. Lukisan itu menggambarkan seorang putri kekaisaran, Putri Mei Lan, yang terkenal karena kecantikannya dan... karena kematiannya yang misterius. Li Wei tertegun. Wanita di lukisan itu... adalah wanita dalam mimpinya. Wanita dengan senyum mematikan itu.
"Lukisan ini berusia ratusan tahun, Tuan Muda," kata pedagang itu dengan suara serak. "Konon, Putri Mei Lan dikhianati oleh seseorang yang sangat dekat dengannya. Seseorang yang sangat ia cintai."
Jantung Li Wei berdegup kencang. Ingatan demi ingatan mulai bermunculan, bagai pecahan kaca yang menyakitkan. Ia adalah Putri Mei Lan. Ia mengingat janjinya pada Jenderal Zhao, kekasihnya, janjinya untuk menikah dan memerintah bersama. Ia mengingat bagaimana Jenderal Zhao menusuknya dari belakang, demi tahta yang dijanjikan oleh Kaisar. PENGKHIANATAN!
Di kehidupannya yang baru, Jenderal Zhao reinkarnasi sebagai seorang pengusaha kaya dan berpengaruh bernama Zhao Feng. Ia kini menjadi kolektor seni yang gila-gilaan, dan terobsesi untuk memiliki lukisan Putri Mei Lan. Zhao Feng datang ke galeri tempat Li Wei berpameran. Pertemuan mereka, bagai dua magnet yang saling menarik dan menolak.
Zhao Feng, tanpa sadar akan masa lalunya, terpesona oleh Li Wei. Ia merasakan deja vu yang kuat, seolah mereka pernah bertemu di kehidupan yang berbeda. Ia menawarkan Li Wei uang dan kekuasaan, persis seperti yang dilakukannya di kehidupan sebelumnya.
Li Wei tersenyum tipis. Dendamnya tidak berbentuk pedang berdarah. Dendamnya adalah pilihan. Ia menolak tawaran Zhao Feng. Ia menolak untuk terikat padanya lagi. Ia memilih kebebasan, memilih untuk melukis, memilih untuk hidup sesuai dengan keinginannya. Ia tahu, menolak Zhao Feng akan mengubah takdirnya, mungkin juga takdir Zhao Feng sendiri. Balas dendam yang PALING manis adalah melihat sang pengkhianat hidup dalam kekecewaan dan penyesalan.
Malam itu, di bawah rembulan yang pucat, Li Wei menyelesaikan lukisannya. Sebuah lukisan potret dirinya sendiri, dengan tatapan yang penuh dengan kedamaian dan ketegasan. Ia membisikkan kalimat perpisahan pada lukisan itu, "Kali ini, aku tidak akan membiarkanmu merenggut apapun dariku... SELAMANYA."
... dan langit akan selalu mengingat janji yang belum terucap, sampai kita bertemu lagi di TEMPAT dimana waktu tidak lagi berkuasa.
You Might Also Like: 199 Clonidine Addiction Treatment In